Kamis, 25 Juli 2013

Desa Sidemen




Sidemen adalah desa kelahiran saya yang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Karangasem, dengan luas wilayah 35,15 km² yang dihuni oleh sekitar 30.117 jiwa berdasarkan data pada tahun 2002.
Secara geografisnya, Sidemen terletak di perbatasan antara Kabupaten Klungkung dengan Kabupaten Karangasem. Berdasarkan cerita dari orang-orang di desa, nama desa ini berasal dari 2 kata: Sing Demen, sing berarti tidak, sedangkan demen berarti suka. Jadi Sidemen itu memiliki arti tidak suka.
Nama ini konon diberikan oleh salah satu anak raja dari kerajaan Klungkung yang merupakan kerajaan pusat yang menjadikan Desa Sidemen sebagai salah satu bagian wilayahnya. Kerajaan ini berpusat di Gelgel, Kabupaten Klungkung. Berdasarkan cerita, sang pangeran tidak suka dengan desa ini,karena pada waktu itu masih kosong, belum ada apa – apa yang menarik.

 Namun terlepas dari sejarahnya yang dahulu kala itu, kini Sidemen memiliki daya tarik yang membuat para wisatawan tidak ingin melewatkan Sidemen sebagai salah satu tujuan wisata mereka. Baik domestik maupun mancanegara.

Dimulai dari penduduk aslinya yang ramah (bisa anda rasakan saat mengunjungi tempat ini), walaupun kebanyakan dari mereka (anak – anak dan orang tua) hanya bisa mengatakan”halo, good morning”, tapi setidaknya mereka berusaha untuk menyapa semua wisatawan yang datang.
Penduduk asli di desa ini sebagian besar berprofesi sebagai petani, pengerajin tenun, dan beberapa berternak (bebek, ayam, sapi, babi), ada juga yang menjadi pengerajin bangunan seperti ayah saya. Dulunya kami sekeluarga bertani, tapi karena kurang mencukupi, maka ayah mencari pekerjaan sambilan yaitu pengerajin bangunan, ibu menjadi pengerajin tenun (tenun di Sidemen ada dua sich, Endek dan Songket, kalau ibu pengerajin Songket), tapi saya dan adik saya memilih mimpi kami sendiri walaupun begitu kami tetap senang menjadi bagian pasif dari kesederhanaan hidup yang indah itu..Menenangkan. 

Petani: sedang membawa hasil panen
Petani sedang panen padi :)






Cabe Bali


Pengerajin Tenun Songket: 
Peragaan kain Songket 


 








Medbed: proses pembuatan motif pada kain Endek:











Kain Endek:
 

Peragaan kain Endek:






Seorang petani sedang membawa makanan sapi sambil menggiring bebek - bebeknya, ada juga yang membawa serta sapinya:




Meskipun kini hamparan sawah sewaktu saya kecil sedikit demi sedikit sudah mulai berubah menjadi hamparan hotel dan villa, tapi kami masih memiliki lebih dari cukup hamparan hijau yang masih bisa menyejukan mata, hati dan jiwa anda ketika melihatnya dan mudah-mudah begitu seterusnya.



Pemandangan pagi :)











Dengan demikian, kelestarian alam dan budaya yang menjadi ciri khas dari desa ini tetap terjaga. Budaya yang saya maksud disini adalah subak yang merupakan sistem pengairan sawah di Bali yang juga diterapkan di desa ini.

Subak:




Keunikan desa lainya anda bisa temui saat ada upacara di pura, sebelum acara puncak, dimulai dari 3 hari sebelumnya sudah diadakan sabung ayam. Walaupun saya tidak terlalu suka sabung ayam, tapi ini merupakan salah satu tradisi yang memang harus tetap dijaga kelestariannya. Sabung ayam itu mirip Matador di Spanyol, bedanya kalo yang ini peraduan antara 2 ayam dimana para penonton menjadikan uang sebagai taruhan.




Pemilik ayam yang kalah harus merelakan ayamnya yang sudah mati di bawa oleh pemilik ayam yang menang begitu juga dengan uang taruhanya, kalau mereka juga ikut bertaruh uang untuk ayam mereka.
Ada yang sudah pernah menontonnya??


Para wisatawan yang menginap di Desa Sidemen juga di tawari dengan beberapa jenis aktifitas: rice paddy trekking, Mount Agung climbing, rafting, spa, traditional massage, village tour.
Rice paddy trekking biasanya mengambil rute :hotel – persawahan – semak – sungai - kembali ke hotel melalui jalur desa. Bisanya jalur yang lengkap seperti di atas memerlukan waktu sekitar 2 – 3 jam.

Ada juga beebrapa option rute yang bisa menjadi pilihan untuk anda seperti trekking + ke pura bukit (salah satu pura di Sidemen yang lumayan tinggi, sekitar 20 menit mendaki, dimana anda juga bisa melihat 2 sisi desa dari pura, amazing), ada juga beberapa pilihan lainya dengan lama perjalanan yang berbeda pula.
Sejauh yang saya tahu, pernah ada tamu yang mengambil trekking sampai 7 jam.
Jadi untuk anda yang menyukai trekking dengan jalur yang tidak terlalu berat, aktivitas ini cocok untuk anda.


Aktivitas diatas masih kurang menantang? Bagaimana dengan Mount Agung climbing?? Yup gunung tertinggi di Bali. Jika anda ingin melihat sunrise dari puncak, maka sebaiknya anda berangkat pagi sekitar jam 1 – 2 am dari desa, 1 jam dengan mobil dan sisanya 3 – 4 jam mendaki ke puncak. Biasanya anda akan dibekali 1 guide pemandu, driver, lampu kepala, dan breakfast box yangbiasanya berisi air mineral, roti dan telur karena jika anda membawa pancake ya jadi pancake beku dech.. karena itu jangan lupa memakai jaket, sepatu khusus untuk mendaki, dan kamera.
















Suka air dan tantangan?

Rafting mungkin akan jadi pilihan anda. Sekitar 30 menit dengan mobil untuk sampai ke lokasi rafting. Suguhan pertama teh, kopi, aktifitas, lunch, kembali ke hotel.





Untuk village tour memiliki rute normal yaitu: berkeliling desa, melihat kegiatan penduduk sehari- hari di rumah: seperti menenun, dari pinggir jalan juga anda akan temui: petani, peternak ayam, bebek, sapi sedangkan untuk babi kebanyakan di buatkan kandang khusus di salah satu tempat di pekarangan rumah penduduk. Anda juga bisa melihat – lihat serta berbelanja di pasar traditional di pusat desa, Pasar Sidemen,tidak terlalu besar memang, tapi menurut saya cukup untuk menggambarkan sebuah pasar traditional di jaman modern ini. Setelah itu anda akan dipandu kembali ke hotel anda.

Lelah setelah seharian beraktivitas, dan ada aktivitas di hari esok yang sudah menunggu? Traditional massage mungkin cocok untuk anda dengan aroma terapi yang menenangkan. Karena tidak semua penginapan di desa memiliki spa, namun dipastikan di semua penginapan menyediakan jasa traditional massage on call.

Yang tak terlewatkan adalah Arak Sidemen. Kalau di hotel biasanya dinamai Balinese Wine, memiliki rasa yang khas,agak pahit, agak manis, agak panas, dan kuat, rasa yang kuat. Saya sendiri bukan penggemar alkohol, tapi saya pernah mencoba arak attack, dimana plain arak dicampur dengan sedikit perasan jeruk nipis, madu, sprite, es batu, rasa campuran tadi di dominasi oleh rasa manis,tapi rasa lain masih terasa. Saya cuman cicipi 3 sendok makan, ingin minum lagi dan lagi, tapi teman – teman menyarankan agar berhenti, karena kalau tidak biasa minum arak nanti sedikit saja bisa mabuk. Ya saya menurut. Tapi rasanya memang top dech...





Ada juga beberapa pertunjukan seperti :Genjek, Balinese Dance, tergantung pilihan.





Akomodasi berpariasi, dari home stay, bungalow, villa, private villa dengan harga yang berpariasi pula. 


Untuk tranportasi, anda bisa memesan dari hotel, ataupun tourist informasi terdekat. Namun jika anda ingin mencoba transportasi umum untuk bergaul dengan para penduduk, anda bisa berangakat pagi – pagi ke parkiran di dekat pasar traditional di desa. Biasanya para wisatawan memakai transportasi umum untuk tujuan wisata yang tidak terlalu jauh disesuaikan dengan rutenya mereka.




Biasanya ke Kabupaten Klungkung untuk melihat Museum Kertagosa dan pasar traditional Klungkung yang besar.

Selamat berlibur :)





Senin, 22 Juli 2013

Festival Layang - layang Bali

Adakah yang ingat dengan lagu berikut:

Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang

Yup! topik kita hari ini berhubungan dengan layang - layang

Layang - layang merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan bantuan hembusan angin dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali.
Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Namun berdasarkan pada beberapa sumber layang - layang tidak hanya berfungi sebagai alat permainan semata.
Seperti di Lampung (Jawa Barat), layang-layang dipakai sebagai alat bantu memancing terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail.
Di Pangandaran, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18.
Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut, berfungsi seperti layar.
Di beberapa daerah Nusantara layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian, seperti di Bali.
Layang - layang di gunakan sebagai persembahan kepada Dewa Rare Anggon: pelindung areal pesawahan petani sehingga sawah masyarakat Bali tak terkena hama wereng maupun burung.

Layang-layang traditional Bali yang pertama diduga berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun. Berkembangnya jaman membuat layang - layang ini mengalami metamorfosis baik di warna maupun bentuknya. Saking beragam dan meningkatnya ketertarikan masyarakat dalam membuat aneka macam kreasi layang - layang maka dibuatkanlah sebuah wadah acara dalam bentuk festival tahunan. Festival layang - layang pertama di Bali atau lebih dikenal dengan nama Bali Kites Festival di adakan pada tahun 1979 yang diikuti oleh banyak peserta dari International Kite Flying Club. Bahkan berdasarkan pada beberapa sumber tercatat pada tahun 2011 lebih dari 1000 layang - layang dari luar negeri berpasrtisipasi dalam festival ini.
Acara tahunan ini diadakan di Padang Galak - Pantai Sanur pada musim angin yaitu Juli - Agustus.














Di festival ini akan ditemui banyak sekali jenis layang - layang, seperti:

Bebean menyerupai bentuk ikan dan merupakan layang - layang yang umumnya memiliki ukuran terbesar berkisar antara 4 meter – 10 meter.








Janggan merupakan bentuk layang - layang yang lebih memperlihatkan ekor panjang, paling panjang dari layang - layang lainya, bahkan panjangnya bisa mencapai 200 meter.

Sedangkan pecukan memiliki bentuk paling dasar yaitu berbentuk daun dan biasanya memiliki tingkat kestabilan terbang terbaik. Bentuk layang – layang ini seperti layang – layang yang biasa di mainkan pada masa kecil. Tapi sudah lebih jarang di pilih mungkin karena bentuknya yang masih dasar dan kurang kreatif.

Warnanya biasanya merah, putih dan hitam seperti beberapa gambar di atas.
Tapi ribuan layang - layang kreasi baru juga ikut mendaftar untuk memenuhi festival ini dengan bentuk dan warna yang lebih beragam.
                                       


Tidak hanya orang - orang dewasa yang ikut berpartisipasi untuk perlombaan ini, tapi anak - anak pun tak mau ketinggalan. Setiap kelompok memiliki 2 unit, unit inti yang biasanya menerbangkan terdiri dari para pria dewasa, sedangkan unit yang kedua adalah unit pendukung yang memiliki fungsi untuk: menyemangati dan memeriahkan unit inti pada saat proses penerbangan. Di sinilah biasanya anak - anak di perbolehkan ikut membantu, seperti memainkan gong, atraksi- atraksi kecil sebagai pengiring dari layang - layang yang di terbangkan oleh unit inti.
 
Menarik bukan? Selain tegang menonton proses penerbanganya tapi juga terhibur bahkan sesekali tertawa karena atraksi dari unit pendukungnya. Saya pun ingin ikut berpartisipasi ketika ada di lapangan, tapi dibutuhkan tenaga super untuk mengangkat dan menerbangkan layang - layang raksasa nan berat itu. Juga harus kuat menantang terik matahari ber jam - jam.

Saking meriahnya acara, pemerintahpun ikut membantu dengan menyediakan petugas keamanan dan juga PMI untuk menghindari hal - hal yang tak diinginkan. Jika anda lupa membawa minuman, ada banyak pedangan kecil yang akan menawarkan keliling di antara penonton lengkap dengan cemilanya.

Ini bukan acara yang sangat besar tapi juga bukan acara kecil yang singkat. Jika layang - layangnya saja ribuan, anda bisa bayangkan banyaknya orang - orang yang ada festival ini per harinya.
Memang tidak ada tempat yang nyaman dan teduh untuk menonton, tapi dengan lapangan yang cukup luas, anda bisa melihat pertunjukannya dengan leluasa. Jangan lupa membawa kamera terbaik anda untuk mengabadikan ragam layang – layang dan keberhasilan anda sampai di area, karena butuh perjuangan dan kesabaran untuk sampai di area, terutama tempat parkir, memang disediakan beberapa tempat untuk parkiran tapi karena banyaknya yang datang untuk menonton,maka anda harus sedikit bersabar untuk sampai ditempat parkir.
Kalau saya lebih memilih untuk parkir agak sedikit di depan, dan melanjutkanya dengan berjalan kaki, biar sehat J
Oya, bagi anda yang tidak terlalu bersahabat dengan debu dan panas, masker, scarf, topi dan kaca mata hitam akan membantu melindungi pernafasan, mata dan kepala dari panas dan debu..

Yang menjadi ukuran penilaian dalam kompetisi ini adalah: cara menerbangkan (kerjasama), berapa lama mengudara, dan kerativitas.
Yang menang pastinya dapat hadiah berupa sejumlah uang, piala dan tentunya kebanggaan yang luar biasa.

Selamat menonton..